Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Falaq
Selasa, 30 Agustus 2005

TAFSIR SURAT AL-FALAQ

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Allah berfirman.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh” [Al-Falaq : 1]

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Dari kejahatan makhluk-Nya” [Al-Falaq : 2]

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ 

Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita” [Al-Falaq : 3]

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul” [Al-Falaq : 4]

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” [Al-Falaq : 5]

Mengenai ‘basmalah” telah berlalu penjelasannya

Firman Allah.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh” [Al-Falaq : 1]

Rabb Falaq adalah Allah. Al-Falaq maknanya subuh. Boleh juga dengan makna lebih umum, yaitu setiap apa yang dimunculkan Allah pada pagi hari, seperti subuh, biji buah-buahan dan biji tumbuh-tumbuhan.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala.

اِنَّ اللّٰهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوٰىۗ

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan” [Al-An’am : 95]

Dan firmanNya.

فَالِقُ الْاِصْبَاحِۚ

Dia menyingsingkan pagi” [Al-An’am : 96]

Firman Allah

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Dari kejahatan makhluknya” [Al-Falaq : 2]

Yaitu dari kejahatan seluruh makhlukNya hingga kejahatan dirinya sendiri. Karena nafsu selalu memerintahkan untuk berbuat jahat. Jika engkau katakan, dari kajahatan makhluk-Nya, maka engkau adalah orang pertama yang termasuk di dalamnya. Sebagaimana yang tertera dalam khutbah hajah.

“Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami” [1]

FirmanNya “ Min syarri maa kholaq” mencakup setan dari golongan jin dan manusia dan kejahatan lain-lain.

Firman Allah.

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita” [Al-Falaq : 3]

Dikatakan arti ‘al-ghasiq’ ialah malam, dan dikatakan juga artinya bulan. Yang shahih adalah bahwa ‘al-ghasiq’ mencakup kedua makna. Adapun ‘al-ghasiq’ artinya malam karena Allah Ta’ala berfirman.

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ

Dirikan shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam” [Al-Israa : 78]

Pada malam hari banyak kejahatan dan binatang buas berkeliaran. Oleh karena itu, dipinta perlindungan dari kejahatan al-ghasiq, yaitu malam.

Al-ghasiq dengan arti bulan terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu ketika beliau menunjukkan bulan kepada ‘Aisyah seraya bersabda.

“Inilah yang disebut al-ghasiq” [2]

Bulan dikatakan ghasiq karena cahayanya muncul di malam hari.

“Wa min syarri ghasiqin idzaa wa qab” athaf kepada “ min syarri maa kholaq” yang termasuk dalam bab, athaf khusus kepada yang umum. Karena ghasiq termasuk makhluk Allah Azza wa Jalla. Adapun firman Allah “ Idza wa qab” yakni, jika menjelang. Malam jika datang menjelang disebut ghasiq begitu juga bulan jika bersinar cerah disebut ghasiq. Ini semua terjadi pada malam hari.

Firman Allah.

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul” [Al-Falaq : 4]

“An-Naffaatsaati fii al-uqad” yaitu para tukang sihir yang mangikat tali dan lain-lain, kemudian menghembusnya sambil membacakan mantera-mantera yang terdiri dari nama-nama syetan. Ia menghembus setiap buhul yang ia ikat. Demikianlah ia lakukan berulang-ulang. Tukang sihir yang tercela ini menginginkan orang tertentu agar sihirnya mengenai orang tersebut. Allah menyebut ‘naffaatsaat’ (bentuk perempuan) tidak ‘naffaatsiin’ (bentuk lelaki). Karena kebanyakan yang melakukan jenis sihir ini adalah wanita. Oleh karena itu, Allah menyebutkan“An-Naffaatsaati fii al-uqad” . Dan kemungkinan juga maksud dari An-Naffaatsat ialah hembusannya, yang berarti mencakup pria dan wanita.

Firman Allah

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ

Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” [Al-Falaq : 5]

Al-Hasid ialah seorang yang benci terhadap orang lain karena mendapat nikmat Allah. Jika seseorang mendapat nikmat berupa harta, kedudukan, ilmu dan lain-lain, dada mereka terasa sesak sehingga muncul sikap iri tersebut. Al-Hassad (orang-orang yang mempunyai sifat dengki) ini terbagi menjadi dua :

Seseorang yang benci terhadap orang lain karena mendapat nikmat Allah, tetapi ia tidak berbuat apa-apa terhadap orang tersebut. Kamu akan lihat dia seperti orang yang terkena demam panas jika melihat orang lain mendapat nikmat, tetapi ia tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap orang tersebut.

Kejahatan dan bala’ ada pada orang yang dengki bila ia bertindak. Oleh karena itu, Allah berfirman “idzaa hasad” artinya jika ia dengki.

Di antara tindakan orang yang dengki ialah ‘Ain yang mengenai seseorang . yaitu, orang ini benci kepada orang lain karena mendapat nikmat Allah, ia merasakan sesuatu terjadi pada dirinya jika si fulan mendapat nikmat, pada saat itu keluar dari dirinya sesuatu yang jelek (yang sulit untuk diungkapkan), kemudian ia kenai si fulan dengan ‘ain tersebut. Akibatnya, bisa menyebabkan kematian, sakit atau gila. Terkadang orang hasid ini dapat menghentikan mesin, atau merusak kendaraan atau tiba-tiba mogok, dapat merusak pompa air atau penjaga kebun. ‘Ain itu benar adanya dapat menimpa orang lain dengan izin Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla menyebutkan : Jika malam telah tiba, tukang sihir yang menghembus buhul-buhul, orang yang dengki apabila ia dengki, katiga bencana ini terjadi secara tersembunyi.

Malam adalah tirai atau penutup ‘wa al-alayli idzaa yagsyaa”., “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”. Kejahatan yang tidak diketahui terjadi pada saat ini.

“An-naffaatsaati fii al-uqad” ialah sihir yang tersembunyi yang tidak diketahui. “haasidin idzaa hasad” ialah ‘ain yang juga tersembunyi. Boleh jadi ‘ain itu berasal dari orang yang menurut perkiraanmu dialah orang yang paling kamu cintai dan kamulah orang yang paling kamu cintai. Namun ternyata, ia sendiri yang telah menimpakan ‘ain kepadamu. Oleh karena itu, Allah mengkhususkan tiga hal ini, mala jika telah tiba, tukang sihir yang menghembus buhul-buhul dan orang yang dengki apabila ia dengki. Kesemuanya itu termasuk dalam firmanNya “ min syarri maa kholaq”. “dari kejahatan makhlukNya”.

Jika seseorang berkata : Bagaimana cara menanggulangi tiga kejahatan tersebut ? Kita katakana : Cara menanggulanginya dengan menjadikan hati selalu bergantung kepada Allah Ta’ala. Menyerahkan semua perkara kepadaNya, bertawakkal kepadaNya, selalu membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk membentengi dan menjaga dirinya dari kejahatan mereka.

Akhir-akhir ini, banyak yang menjadi korban ilmu-ilmu sihir, pendengki-pendengki dan yang semisalnya. Karena manusia lalai dari mengingat Allah, melemahnya rasa tawakkal, terlalu sedikit membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan sebagai pembenteng diri. Sementara kita sudah ketahui bahwa dzikir tersebut merupakan benteng diri yang sangat kokoh, lebih kokoh dari tembok Ya’juj dan Ma’juj. Akan tetapi sangat disayangkan, banyak yang tidak mengetahui dzikir tersebut ; ada yang mengetahuinya tetapi tidak melaksanakannya, dan ada yang membaca tetapi dengan hati yang lalai. Semua ini adalah suatu kekurangan. Jika orang-orang membaca dzikir-dzikir yang ada dasarnya di dalam syari’at, niscaya akan selamat dari kejahatan tersebut. Kita memohon kepada Allah agar diberi kesehatan dan keselamatan.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]
_______
Footnote
[1]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad I/302
[2] Hadits riwayat At-Tirmidzi, dalam Kitab Tafsir, bab : Tentang surat Al-Mu’awwidzatain, no. (3366). Ia berkata : “Ini hadits hasan shahih”.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1556-tafsir-surat-al-falaq.html